Gaya sekali ya saya mengulas tentang Tips Diet Jaga Berat Badan Tetap Ideal dan Sehat dengan Slim & Fit, hahaha… tapi ini menjadi salah satu motivasi saya juga nih untuk mulai memperhatikan penampilan dengan menjaga badan. Kebayang tidak sih setiap bercermin saya malah bersenandung salah satu jingle yang dulu sempat ngetren, “Badanku dulu, tak begini…” Senandung ini menjadi semakin sering ketika saya kesulitan memilih pakaian mana yang mau dikenakan untuk hadir ke suatu acara. Saya jadi tersadar kalau angka timbangan saya semakin lama kok semakin bertambah.
Dulu memang sih semasa hamil saya pernah kelebihan berat badan hingga 30kg, dari yang awalnya cuma 45, lalu setelah melahirkan jadi 75kg. Kejadian ini sudah berlalu 18 tahun lalu. Lama banget ya sudah. Tapi dari sanalah semuanya bermula. Saya sempat berhasil menurunkan berat badan hingga 60kg. Tetapi kemudian naik lagi di angka 75kg hingga 2 bulan yang lalu. Karena merasa tak nyaman dengan penampilan dan bentuk tubuh yang besar, saya mulai berburu guidelines food regimen jaga berat badan tetap best sehat. Penyebab Naiknya Berat Badan
Seingat saya, ketika terjadi lonjakan angka timbangan, saya hampir-hampir tak menyadarinya. Memang sih kalau selama kehamilan wajar jika ada peningkatan berat badan karena yang dikonsumsi ibu juga sekaligus untuk janin di dalam kandungan. Hanya saja, tetap perlu diawasi. Saya baru diberitahu kalau seharusnya selama kehamilan itu kenaikan berat badan ibu tak boleh lebih dari 20kg. Sayangnya saya terlambat mengetahuinya. Saya sempat bertekad untuk menurunkan kembali berat badan begitu bayi saya lahir dan masa menyusui selesai. Lagi-lagi ada banyak faktor yang malah membuat saya alpa dan pola makan saya tetap tak terkontrol. Dari banyak artikel yang pernah saya baca, saya menemukan penyebab naiknya berat badan dan berakibat hints weight loss program jaga berat badan tetap best dan sehat jadi tak berguna jika penyebabnya tak diatasi terlebih dahulu. Beberapa penyebab obesitas, antara lain:1. Stres
Dulu saya tak percaya stres bisa memicu kenaikan berat badan. Namun ketika mendapati anak lahir dengan kasus Atreasia Ani (lahir dengan usus pendek dan tanpa saluran pembuangan) saya benar-benar stres. Masa penyembuhan yang memakan waktu bertahun-tahun membuat saya lupa mengurus diri sendiri dan hanya fokus pada anak saja. Saya tidak menjaga jumlah makanan yang saya konsumsi. Bahkan ketika dalam masa-masa berat menunggu anak kurang lebih 6 bulan di rumah sakit sendirian, kerjaan saya malah makan melulu.
Hal ini dikuatkan dengan salah satu artikel yang ditayangkan di laman vemale.com yang memuat kutipan dari dailymail.co.united kingdom. Di artikel itu disebutkan hasil peneliti dari Stanford University School of Medicine yang dipimpin Dr. Brian Feldman, asisten profesor pediatrik, menemukan bahwa stres dapat memicu hormon Adamts1. Ketika hormon ini berubah (di dalam tubuh kita) dan berkembang menjadi banyak, maka akan terjadi kenaikan berat badan akibat pembentukan lemak yang berlebih. “Bagi beberapa orang stres mungkin bisa membuatnya memiliki berat badan yang lebih kurus karena ia tak nafsu makan. Tapi selama ini yang terjadi adalah orang yang dilanda stres akan makan lebih banyak. Akibatnya, hormon di dalam tubuh tak bekerja dengan baik dan mendorong terjadinya peningkatan berat badan.” – Dr. Brian Brian Feldman, asisten profesor pediatrik, Stanford University School of Medicine –
Ada satu lagi nih pendapat ahli yang menyebutkan stres menjadi pemicu obesitas. Ahli tersebut bernama Bonnie Taub-Dix, RD of New York City, ahli penurun berat badan dan salah satu pembicara wanita di American Diettetic Association. Beliau mengatakan kebanyakan orang sering melarikan diri pada makanan ketika sedang mengalami stres. Sayangnya makanan tersebut bukan makanan yang tepat untuk dikonsumsi. Akibatnya tentu saja berat badan bertambah dan stres pun semakin parah ketika mendapati tubuh yang telah bertambah berat dari waktu ke waktu.2. Kurang Menjaga Pola Makan
“Halah, masalah anak dan stres dijadikan alasan berat badan naik!” Kalimat ini pernah diucapkan beberapa teman saya begitu melihat badan saya jauh lebih gemuk dibandingkan saat terakhir bertemu mereka. Oke, bisa jadi stres hanyalah satu alasan yang saya ucapkan demi tak terlalu malu dengan kondisi tubuh saya yang gemuk.
Di saat yang sama, saya juga menyadari kalau saya memang kurang menjaga pola makan. Jadwal makan saya berantakan dan makanan yang saya konsumsi kebanyakan berupa gorengan, junk food, banyak lemak, tinggi kandungan garam, serta kurang konsumsi buah dan sayur. Selain itu, saya juga senang sekali makan makanan manis dan minuman manis. Pola Makan yang Dapat Menyebabkan Obesitas
Kesalahan berikutnya yang sering saya lakukan selama beberapa tahun terakhir adalah kebiasana begadang dan nyamil. Saya berprofesi sebagai penulis freelance. Ketika mengerjakan tulisan untuk naskah-naskah, saya biasanya sambil menyamil, entah kripik, cokelat, atau kalau kelaparan sekali saya malah makan besar di tengah malam. Sudah begitu, kopi pun minumnya bergelas-gelas dalam sehari. Jika pola makan saya setiap hari begini, wajar saja berat badan saya naik terus dan sulit sekali menurunkannya.3. Gaya Hidup Sedentari
Pernah mendengar gaya hidup sedentari? Gaya hidup sedentari adalah gaya hidup yang kurang melakukan aktivitas fisik. Berbagai kemudahan hidup di masa contemporary saat ini membuat banyak orang jadi lebih sedikit bergerak. Coba perhatikan kegiatan sehari-hari yang kita lakukan. Pergi ke kantor naik mobil atau motor. Tiba di kantor, jalan kakinya cuma dikit dari parkiran menuju kantor, lalu naik lift. Jam makan siang daripada capek jalan, memilih pesan makanan dari gerai yang menyediakan fasilitas pesan antar. Pergi meeting dengan naik kendaraan.
Begitu tiba di rumah atau hari libur, lebih senang duduk menonton televisi, bersantai dengan baringan saja, dan aktivitas lain yang tidak membutuhkan tenaga banyak. Dengan minimnya aktivitas fisik ini, sementara konsumsi makanan sehari-hari tetap dalam jumlah yang sama, maka akan berakibat terjadinya penumpukan lemak, naiknya berat badan karena energi yang masuk (dari makanan) jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang keluar (melalui aktivitas fisik). Gaya Hidup Sedentari. Sumber: Kemenkes RI
Saya tak membantah fakta ini mengingat saya beberapa tahun terakhir juga memiliki gaya hidup sedentari. Aktivitas menulis di depan computer berjam-jam membuat saya kurang gerak. Jika capek menulis, saya memilih tidur-tiduran sambil membaca buku atau important di media sosial. Karena hanya tinggal berdua dengan suami, yang waktu itu suami lebih sering sarapan dan makan siang di kantor, maka saya makanan yang saya konsumsi jelas lebih banyak hasil dari beli, bukan buat sendiri. Makanan yang dibeli di luar pastilah takaran kandungan gizinya saya tak tahu. Asal beli. Asal makan. Membelinya tak pakai acara jalan kaki, tinggal ambil ponsel, pesan, dan tak lama kemudian makanan datang. Kebayang kan penyebab saya akhirnya obesitas? Ada yang mengalami hal seperti ini juga tidak ya? Hahaha4. Kurang Berolahraga
Ini nih poin penting yang saya kira juga jadi penyebab berat badan saya naik. Saya kurang olahraga. Kesibukan dan banyaknya kegiatan lain menjadi alasan saya tak punya waktu untuk berolahraga. Setelah seharian beraktivitas, rasanya capek sekali kalau harus tetap meluangkan waktu berolahraga. Padahal di salah satu pointers food regimen jaga berat badan dan tetap sehat, disebutkan harus banyak olahraga agar bisa mendapatkan berat badan ideal dan tubuh jadi lebih sehat serta bugar. Oke, fix, saya harus banyak olahraga. Saya ingin berat badan saya turun. Minimal tidak segemuk sekarang. Tapi bisakah olahraga membantu jaga berat badan dan tetap sehat? Ternyata Olahraga Saja Tidak Cukup Untuk Jaga Berat Badan Tetap Ideal dan Sehat
Setelah mengetahui penyebab yang membuat angka timbangan saya naik terus, saya pun bertekad untuk melakukan perubahan besar-besaran. Hampir semua saran yang berkaitan dengan guidelines weight-reduction plan jaga berat badan tetap perfect dan sehat saya coba, mulai dari mengurangi porsi makan, tidak makan nasi sama sekali, hanya makan buah dan sayur berhari-hari dan mengurangi konsumsi gorengan. Beberapa teman yang mengikuti pola-pola food plan seperti ini cukup banyak yang berhasil. Keberhasilan mereka semakin menguatkan saya untuk ikut melakukan hal yang sama. Memang sih, cara mengurangi porsi makan hingga tak makan pagi dan malam sama sekali berhasil membuat berat badan saya turun dengan cepat. Hal yang tak saya sangka, saya kemudian malah terserang tipus dan harus istirahat overall selama kurang lebih 2 bulan. Cara food regimen yang sembarangan ternyata malah membuat saya sakit. Saya dengan Berat 75kg